"Bahkan ada yang tidak kebagian pada minta petasan ke saya," ujar Ahmad di Kantor Kecamatan Patokbeusi.
Ahmad mengaku menyalakan petasan dilakukan di beberapa titik yang berada di Desa Tambak Jati. Namun, menurut dia, hanya satu kampung di desa itu yang mempersoalkan kejadian ini.
"Artinya kalau memang merasa diteror kenapa cuman satu kampung yang mempertanyakan padahal kan ada delapan kampung di Desa Tambak Jati yang ikut menyalakan petasan," kata Ahmad.
Ahmad mengatakan, penyalaan petasan berawal dari sebagian warga Desa Tambak Jati yang menganggap dirinya meraih suara terbanyak, dan mengklaim kemenangan pada Pileg 2024 untuk DPRD Subang.
Untuk merayakan raihan suara itulah, dia bersama warga menyalakan petasan.
"Banyak pemberitaan yang menyebutkan bahwa menyalakan petasan di tempat yang suara saya kecil, justru di lokasi itu suara saya paling besar."
"Jadi warga menganggap kalau saya itu menang dan terus euforia terus bakarlah petasan, jadi bukan karena kalah kemudian meneror, tidak ada yang meneror, tidak ada kerusakan mesjid juga," kilah Ahmad.
Ahmad juga menyinggung soal pembongkaran jalan yang dia dilakukan.
Ia lagi-lagi berkilah, pembangunan jalan tersebut bukan berasal dari dana aspirasi masyarakat.
Pembangunan itu menggunakan dana pribadi saat masih menjabat sebagai anggota DPRD Subang periode 2014-2019.
"Terus soal pembongkaran coran. Gini, coran itu dari tahun berapa. Itu memang sudah ada kesepakatan dan janji bersama warga Blok Jambu itu sepenuhnya memilih saya."
"Cuman saya bilang kalau suara saya jelek saya angkat lagi yah terus dijawab sama mereka oke siap. Ternyata suara saya hanya 40, jelek, terus saya tagih janjinya dong," ujar dia.
"Saya tegaskan jalan coran itu bukan dana aspirasi itu merupakan uang pribadi, dan itu bukan jalan umum tapi jalan buntu, jadi tidak ada itu dari dana aspirasi," kata Ahmad.
Diberitakan sebelumnya, seorang nenek di Subang meninggal dunia, diduga kaget mendengar suara petasan jumbo yang dinyalakan oleh sang caleg.
Nenek yang meninggal tersebut diketahui bernama Dayeh (60), yang meninggal pada Sabtu (24/2/2024) sore.
Sebelumnya, perempuan itu sempat dirawat di rumah sakit karena drop setelah mendengar suara petasan di sekitar rumahnya di Dusun Sengon.
Korban diduga memiliki riwayat sakit jantung, dan langsung mengalami penurunan kondisi setelah mendengar suara petasan yang keras.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.