Beberapa bulan lalu, pria yang juga Ketua Gapoktan Tani Makmur Desa Tegalkarang ini, bekerjasama dengan tim Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kabupaten Indramayu.
Mereka membangun labolatorium Agen Pengendali Hayati (APH). Rojai mulai membuat zak aktif untuk pengurai bakteri yang juga sekaligus pengusir hama.
Rojai memelajari dan menghasilkan trichoderma, painibacillus, probiotik, dan lainnya, yang bermanfaat untuk mempercepat proses pembuatan pupuk dan juga pestisida pengusir hama.
Di labolatorium ini juga, Rojai membuat cairan belerang, yang dipadukan dengan garam, soda api dan lainnya untuk membunuh hama tikus.
"Saya berusaha tidak bergantung pada pabrikan, untuk mengolah feses padat dan cair kan butuh fermentasi, fermentasi butuh probiotik."
"Alhamdulillah kami buat probiotik sendiri yang bahannya dari isi rumen, ditambahkan enzim bromelain dan enzim papain," ujar Rojai.
Pasalnya sejak tahun 2017 hingga hari ini, dia tidak lagi yang membeli pestisida kimia. Bahkan, pola ini membuat tanah hasil semaian pupuk organik kian subur.
Rojai menyebut konsep pupuk organik sebagai yang konsep pertanian yang berkelanjutan.
"Hasil uji lab pupuk Indonesia tahun kemarin, tanah pupuk organik saya pH nya 7, N nya tinggi, P nya tinggi."
"Hanya kalium nya yang rendah karena jerami hasil panen padi saya ambil untuk pakan ternak, tidak ditebar di tanah, tapi saya ganti dengan lainnya," kata Rojai.
Serangkaian hasil karyanya ini juga menyuburkan tanah sawah padi dengan cara meningkatkan unsur hara pada tanah.
Hasilnya, Rojai mampu meningkatkan hasil panen mencapai 10,3 ton gabah kering panen di panen kedua tahun lalu, dari satu hektar lahan padi.
Padahal, umumnya untuk satu hektar lahan hanya mendapatkan 6-7 ton.
Bahkan, Rojai juga mampu meningkatkan tingkat rendemen yang mencapai 70 persen dibanding umumnya yang hanya mencapai sekitar 65 persen.
Menurut Rojai, petani tidak boleh selamanya bergantung pada pupuk dan pestisida kimia.
Petani, kata dia, harus mampu mengolah sendiri tanamannya, untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas.
Bukan sekedar bermanfaat untuk diri sendiri, kini Rojai dan Kelompok Tani Makmur Desa Tegalkarang justru menerima banyak kunjungan dari petani dan instansi lain.
"Senang karena bermanfaat untuk sesama petani, dan juga alhamdulillah untung."
"Tahun kemarin Dinas Pertanian pesan sampai 18 ton pupuk padat. Petani lainya juga belum terhitung, banyak," kata Rojai sambil tersenyum.
Kini, pupuk organik padat dengan merek supersonik yang dijual Rp 2.000 per kilogram hasil karya Rojai banyak diburu petani.
Tak terkecuali dengan pupuk organik cair yang dihargai sekitar Rp 20.000 per liter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.