Di Karawang, kata Faizol, tidak ada Dewan Kesenian. Selama ini, dia dan kelompok teaternya tidak menggunakan anggaran dari pemerintah untuk berkesenian. Ia pun berharap bisa konsisten sampai seterusnya.
"Kami juga tidak pernah meminta sesuatu kepada pemerintah. Kami sadar diri, kesenian apalagi teater bukan prioritas utama dalam penggunaan APBD di Karawang," ucapnya.
Namun, para pekerja seni teater berharap dibuatkan gedung pertunjukan yang representatif. terbuka bagi semua proses kesenian, gratis, dan mudah diakses.
Sebab, saat ini di Karawang tidak ada gedung yang representatif untuk pertunjukan.
"Kami biasanya memanfaatkan aula kecamatan, aula Pemkab, atau aula untuk pernikahan sebagai lokasi pentas. Itulah uniknya teater. Bagi saya, teater adalah cara mengakali segala sesuatu yang minim menjadi sesuatu yang bernilai. Teater tidak wajib pentas di tempat representatif," ujarnya.
Meski begitu, dia mengaku bersyukur di Karawang tidak ada pandangan miring soal seniman.
Adapun soal intimidasi, dia tentu saja pernah mengalami. Namun dari intimidasi itu, dia dan rekan-rekannya belajar supaya lebih halus dalam menyampaikan kritik.
"Panggung bukan tempat orasi, di mana kritik disampaikan secara keras dan terang benderang. Kalau mau orasi, lebih baik demonstrasi saja, jangan berteater. Di panggung teater, kritik disampaikan dengan halus, satire, kadang dibumbui komedi," ucapnya.
Tak hanya aktif sebagai pekerja seni teater, Faizol juga seorang penulis sekaligus penyair.
Ia dua kali menerbitkan buku puisi. Pun beberapa tulisannya dimuat di beberapa website.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.