Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mukena Tasikmalaya Banjir Omzet Usai 2 Tahun Diterpa Pandemi, Permintaan Naik 200 Persen

Kompas.com, 8 April 2022, 04:30 WIB
Irwan Nugraha,
Khairina

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Memasuki Bulan Ramadhan tahun ini jadi berkah tersendiri bagi para perajin mukena khas Tasikmalaya, Jawa Barat.

Mereka banjir omzet sampai produksi ratusan kodi per harinya untuk memenuhi permintaan pasar kota besar seperti Jakarta, Bandung, Balikpapan sampai beberapa wilayah Pulau Sumatera.

Tasikmalaya sendiri selama ini dikenal sebagai salah satu daerah sentra produksi mukena dan baju muslim.

Baca juga: Di Balik Lusuhnya Mukena Mbah Rakinem karena Dua Kali Gagal Berangkat Haji

Lokasinya sebagian besar berlokasi di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya juga hampir merata di beberapa wilayah lainnya.

Mukena Tasikmalaya sendiri selama ini dikenal memiliki kualitas dan harga jual tinggi serta mampu menciptakan tren model baru tiap tahunnya terutama saat Ramadhan.

Bahkan tak sedikit pedagang besar di Pasar Tanah Abang, Jakarta dan Pasar Baru, Bandung, merupakan asal Tasikmalaya dan memproduksi dagangannya di kampung asalnya.

"Ramadhan sekarang permintaan pasar sangat besar. Berbeda dengan dua kali Lebaran sebelumnya saat pandemi. Ramadhan tahun ini lonjakan permintaan pasar naik drastis sampai 200 persen. Kalau saat pandemi paling 50 kodi atau 1.000 pcs (1 kodi berjumlah 20 pcs) paling banyak. Sekarang saya sudah kirim sampai 4.000 pcs lebih," jelas Ai Sukminah (57), salah seorang perajin mukena dan baju muslim di Kawalu, Kota Tasikmalaya, Kamis (7/4/2022).

Permintaan pasar tinggi

Tahun ini, lanjut Ai, pemilik usaha mukena dan baju muslim di Tasikmalaya mulai menggeliat kembali usai terpuruk selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.

Bahkan, permintaan pasar tahun ini bukan hanya di kota besar langganan seperti Jakarta dan Bandung, tapi dari luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Sejak beberapa pekan sebelum memasuki bulan puasa, permintaan berbagai jenis model mukena mulai berdatangan.

Baca juga: Shalat Tarawih Boleh di Masjid, MUI Palembang: Maksimal Ceramah 20 Menit, Warga Bawa Mukena dan Sajadah Sendiri

Bahkan, beberapa pemesan mukena partai besar luar Jawa meminta hasil produksi mukena Tasikmalaya dengan meminta model sendiri yang dipesan pembeli.

Sebagian besar dari pemesan itu adalah para pedagang besar yang berada di wilayahnya untuk memasarkan mukena jelang Hari Raya Idul Fitri atau selama Ramadhan.

"Ada yang bawa model sendiri pesannya, ada pula yang meminta hasil produksi mukena yang ada di kita. Tapi, rata-rata mereka memesan order dengan jumlah banyak sekali kirim," tambah dia.

Demi memenuhi pemesanan, lanjut Ai, sebagian besar pengusaha menambah perajin mukena untuk menyediakan hasil produksi sesuai tenggat waktu yang disepakati antara perajin dan pemesannya.

Sehingga, di setiap rumah-rumah produksi mukena wilayah Kawalu terlihat sibuk mempersiapkan setiap orderan yang diterimanya selama Ramadhan.

"Makanya lihat sekarang di wilayah Cibeuti, Saguling, Tanjung dan lainnya pada ramai sibuk lagi kan. Alhamdulillah hal ini membuat masyarakat mendapatkan nafkah buat Ramadhan," ujar dia.

Produksi rumahan

Produksi rumahan mukena di Tasikmalaya tentunya bergantung jumlah pengusaha dan perajin mendapatkan pesanan barang.

Jika ramai seperti sekarang, semua masyarakat yang biasa berkecimpung di produksi mukena dan baju muslim di tiap perkampungan akan terimbas mendapatkan rezeki.

Soalnya, sebagian besar produksi mukena di Tasikmalaya secara rumahan mengandalkan para tukang jahit yang tersebar di Kawalu dan wilayah kecamatan di Kota Tasikmalaya lainnya.

"Jadi kalau bosnya (pengusaha) dapat orderan banyak, pasti semua ke bawahnya perajin, tukang jahit, sampai ke finishing membutuhkan banyak orang buat memenuhi jumlah order sesuai waktu ditentukan. Alhamdulillah, semua dapat rezekinya dari usaha ini," tambahnya.

Baca juga: Bukan Berondong, Ini Borondong, Makanan Khas Majalaya Bandung yang Bertahan 5 Generasi

Seperti diutarakan Mamat (58), salah seorang perajin mukena bagian menjahit di rumahanya kawasan Muncang, Kawalu, Kota Tasikmalaya.

Dirinya hampir tiap hari mendapatkan order menjahit mukena beberapa pekan sebelum masuk bulan Puasa sampai pekan pertama Ramadhan saat ini.

Bahkan dirinya sampai menambah pekerja di rumahnya supaya bisa berbagai rezeki dengan para tetangganya yang bisa menjahit.

"Kalau saya biasa menjahit mukena, saya ada mesin di rumah, jadi dikerjakannya di rumah. Bos saya ngirim bahan mukena untuk dijahit ke rumah dan itu tugas saya. Sekarang pesanan tahun banyak sekali, Alhamdulillah," ujar dia.

Setiap rumah sibuk

Sementara itu, di salah satu perkampungan sentra produksi mukena dan pakaian muslim di Saguling, Kawalu, Kota Tasikmalaya, terlihat hampir setiap rumah perajin disibukkan suara mesin jahit beroperasi.

Mulai dari perajin memakai alat manual mesin jahit satuan, sampai mesin komputer yang mampu memproduksi ribuan pakaian dan mukena per harinya.

Namun, untuk produksi mukena biasanya memakai cara manual dari mulai pemotongan bahan kain sampai proses siap jual.

Sedangkan mesin komputer biasanya dipakai proses bordir untuk mempercepat produksi pakaian muslim.

"Iya, orderan mukena dan pakaian muslim tahun ini melimpah. Kami juga setiap hari di sini memproduksi sampai 130 kodi atau 2.600 pcs per hari kalau pakai mesin. Kami mukena dan pakaian muslim bordir," kata Jajang (56) salah satu operator mesin bordir komputer di pabriknya, Kamis sore.

Baca juga: Cerita Perajin Kampoeng Radjoet Binong Jati Bandung Bangkit dari Pandemi hingga Raih Omzet Miliaran Per Bulan

Adapun sentra mukena dengan tren pilihan kain biasanya dilakukan secara manual dan membutuhkan karyawan lebih banyak serta perajin jahit rumahan.

Sehingga pengusaha dan perajin rumahan mukena dan pakaian muslim di wilayanya yang mencapai ratusan orang hampir semuanya sibuk memenuhi pesanan pasar saat ini. 

"Di sini (Kawalu) kan banyak sekali pengusaha dan perajin bodasan (mukena dan pakaian muslim). Semuanya Alhamdulillah lagi pada sibuk Pak di Ramadhan kali ini," pungkasnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau