Semenjak itu sampai awal Januari 2023 tak pernah ada lagi kejadian keracunan cikbul di Kabupaten Tasikmalaya, karena Dinkes, BPOM dan instansi terkait terus menyosialisasikan ke para pedagang rumahan supaya tak menjajakan jajanan serupa karena mengandung zat berbahaya.
"Saya baru tahu informasi ini, gak benar (24 anak jadi korban cikbul rusak usus). Korban dulu yang tercatat 16 korban pelajar tak bergejala, 7 orang pelajar bergejala," jelas Kepala Bidang (Kabid) Pengawasan, Pelayanan Kesehatan dan Tempat Usaha Dinkes Tasikmalaya, Dokter Reti Zia Dewi Kurnia.
Keenam korban hanya pusing dan 1 orang sempat muntah-muntah hingga dilarikan ke rumah sakit.
Reti menegaskan, adanya informasi bahwa ada korban umur 4 tahun yang kondisinya parah serta butuh tindakan operasi tidak benar.
Soalnya, saat hari kejadian pihak rumah sakit sudah menyatakan seluruh korban bergejala 7 orang sudah sembuh dan pulang ke rumahnya masing-masing saat itu juga.
"Tidak benar, kalau ada korban keracunan cikbul saat itu harus ada yang butuh operasi. Tidak benar juga kalau para korban keracunan cikbul seperti informasi yang beredar sekarang ususnya bolong-bolong dan rusak. Semuanya sudah sembuh saat itu juga," tambah Reti.
Selama ini ramai diberitakan sesuai dengan pernyataan Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jawa Barat, Ryan Bayusantika Rustandi, menyebut 24 anak jadi korban jajanan cikbul di Kabupaten Tasikmalaya.
Akibat kejadian itu Korban Ciki Ngebul atau Chikbul ada yang mengalami perforasi atau adanya lubang di saluran cerna sehingga membutuhkan operasi.
"(Korban) yang berusia 4 tahun ini meminum sisa nitrogen cairnya," kata Ryan Bayusantika, Minggu (8/1/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.