GARUT, KOMPAS.com – Desa Sukahurip Kecamatan Pangatikan, berada di kaki gunung Sadahurip, Garut, Jawa Barat.
Berada di kaki gunung, membuat Desa Sukahurip susah dijangkau akses kendaraan.
Belakangan, desa ini menjadi sorotan karena ditetapkan status kejadian luar biasa (KLB) setelah tujuh warga dari dua kampung di desa tersebut meninggal karena difteri.
Difteri adalah infeksi bakteri yang sangat menular, dan biasanya memengaruhi sistem pernapasan atau sistem intergumen.
Baca juga: 8 KK di Desa Terdampak Difteri Jalani Isolasi Mandiri, Kades Jamin Situasi Kondusif
Asep Harsono, Camat Pangatikan mengatakan, saat Pandemi Covid-19 menyerang tiga tahun lalu, banyak warga yang justru tidak terserang Covid-19.
“Kemarin, saat Pandemi Covid-19, justru sedikit warganya yang kena Covid-19,” jelas Asep kepada wartawan Kamis (23/02/2023) saat ditemui di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
Warga Desa Sukahurip yang mayoritas bermata pencaharian petani ini, menurut Asep memang jarang keluar desanya. Karenanya, saat Covid-19 tidak banyak warga desa Sukahurip yang terpapar virus corona.
Lokasi desa yang jauh, menurut Asep, juga memudahkan pemerintah dalam menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat.
Asep mengatakan, untuk mencegah penyebaran difteri, pihaknya menerapkan semi lockdown atau karantina.
“Penerapan semi lockdown sangat memungkinkan, karena warga desa memang jarang ke luar desa,” katanya.
Penyebab difteri di Desa Sukahurip disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi dan sanitasi yang kurang bersih.
Pemerintah kecamatan, menurut Asep saat ini terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait penyebaran penyakit Difteri dan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencegahnya.
Salahsatunya adalah dengan cara vaksinasi massal dengan melibatkan pihak sekolah-sekolah di Desa Sukahurip.
“Ada tiga SD negeri, satu SMP negeri, madrasah dan pondok pesantren, jumlah penduduknya 10.872 jiwa dengan jumlah anak-anak 3752 jiwa,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak delapan kepala keluarga di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Garut, Jawa Barat, yang memiliki kontak erat dengan warga yang dinyatakan positif difteri menjalani isolasi mandiri dalam rumahnya masing-masing.
Masyarakat Desa Sukahurip pun, saat ini tetap beraktivitas seperti biasa dengan pembatasan terbatas.
“Aktivitas masih biasa, tapi dibatasi, seperti kegiatan di MI (Madrasah Ibtidaiyah), terutama (pembatasan) orang-orang yang terdekat,” jelas Kepala Desa Sukahurip, Asep Rukman saat dihubungi lewat telepon genggamnya, Kamis (23/02/2023) siang.
Baca juga: Anak-anak di Garut Terserang Difteri, Imunisasi dan Sanitasi Jadi Penyebab
Rukman mengungkapkan, warga yang terpapar difteri sendiri, ada di dua kampung dalam satu Rukun Warga (RW). Dalam dua kampung tersebut, pembatasan aktivitas dilakukan terhadap warga yang memiliki riwayat kontak erat dengan warga yang dinyatakan positif difteri.
“Pembatasan seperti sekolah harus pakai masket dan tidak boleh bermain jauh, kita juga sarankan isolasi mandiri bagi yang kontak erat,” ujarnya.
Rukman juga membenarkan bahwa Pemerintah Daerah memberikan jaminan hidup bagi warga yang menjalani isolasi mandiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.