Bak disambar petir, Atin mengaku sulit menerima saat Sabrina divonis dokter mengidap penyakit paru-paru basah.
Hal itu, kata dia, yang menyebabkan putri sulungnya tak memiliki berat badan normal seperti bayi lainnya.
"Kata Dokter penyebabnya karena saya akrab dengan perokok, padahal suami saya enggak merokok, mungkin di tempat kerja atau waktu mudah dulu saya sering mengisap asap rokok lah," terang dia.
Baca juga: Lewat SMS Bu Novita, Ketua TP PKK Trenggalek Coba Tekan Angka Stunting
Saat hamil Sabrina, ia mengakui tinggal di rumah yang minim sirkulasi udara.
"Ya dulu kan masih belum ada rumah, masih ngontrak, kata dokter itu juga bisa jadi penyebab," tuturnya.
Lantaran, menderita penyakit yang cukup berat sejak kecil. Atin mengungkapkan, Sabrina tumbuh dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Berkali-kali, Sabrina mesti dirawat di RS, lantaran fisiknya yang lemah. Tak jarang, ia dan sang suami merasa tak tega, mana kala harus menyaksikan putri sulungnya batuk disertai lendir berwarna.
"Kalau udah batuk itu kadang lendirnya itu berwarna, kuning, hijau bahkan berdarah, saya udah pasti nangis kalau dia udah gitu," tuturnya.
Biasanya, setelah batuk-batuk, kata dia, Sabrina pasti mengalami sakit di bagian dada dan demam.
"Udah kalau udah gitu, kadang kami siap-siap buat panggil dokter atau bawa ke RS atau gimana caranya," terang dia.
Baca juga: Perjuangan Nakes di Labuan Bajo Perangi Tengkes, Dilatih di Stunting Center dan Terjun Melawan Mitos
Kini, di usianya yang menginjak 4 tahun, Sabrina hanya memiliki tinggi 74,3 sentimeter dan berat 10,2 kilogram.
Merujuk pada data Kementrian Kesehatan RI tinggi badan ideal anak berusia empat tahun adalah 94,1-111,3 sentimeter (perempuan) dan 94,9-111,7 sentimeter (laki-laki). Sedangkan berat badan idealnya adalah 12,3-21,5 kilogram (perempuan) dan 12,7-21,2 kilogram (laki-laki).
Setahun berselang, usai Sabrina lahir. Atin kembali mengandung putri keduanya Laras.
Kala itu, ia mengaku sudah berpengalaman soal pengetahuan kandungan dan kondisi bayi yang baru lahir.