CIREBON, KOMPAS.com– Sarip (56) warga Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon berjuang mencari keadilan.
Anak pertamanya, Tubagus Farik Nahril (23), menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Tubagus meninggal dunia saat bekerja menjadi PMI atau TKI ilegal di Turki.
Kisah perjuangannya Sarip sampaikan saat menghadiri gelar perkara ungkap kasus TPPO di Mapolresta Cirebon, Jumat siang (9/6/2023).
Tubagus menjadi satu-satunya korban TPPO yang meninggal dunia, dari tiga korban yang diungkap dalam pertemuan tersebut.
Baca juga: Tangis Sesal Ibu Rumah Tangga Penyalur TKI Ilegal, Kirim Tetangga ke Irak
Sarip menceritakan, pada 2017 atau 2018, Tubagus mendaftarkan diri sebagai calon PMI ke Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Al-Amien milik tersangka MK (49), yang berlokasi dekat rumahnya.
Tubagus hendak pergi sebagai PMI ke Korea Selatan. MK kemudian menawarkan korban ke Polandia karena saat itu Korea Selatan sedang tidak bisa.
“Anak saya keluar dari SMK, masuk LPK Al-Amien 2018, tujuannya Korea. Sudah paspor, dan lain-lain, mau berangkat tahun 2020, kena korona. Jadi berhenti. Sampai satu tahun enggak berangkat. Terus ada info dari LPK mau diterbangkan ke Ceko,” kata Sarip di tengah gelar perkara di Mapolresta Cirebon.
Kabar itu, kata Sarip, disambut baik oleh Tubagus, yang ingin sekali menjadi seorang PMI.
Sarip dan Tubagus sejak 2018 hingga 2021, sudah mengeluarkan uang sekitar Rp 73.000.000 untuk proses keberangkatan Tubagus.
Baca juga: Korban TPPO di Sukabumi Sebagian di Bawah Umur, 6 Pelaku Ditangkap
Pada September 2021, MK pimpinan LPK Al-Amien mengirimkan Tubagus ke terduga tersangka DM (35) yang berada di Cianjur untuk belajar Bahasa Inggris.
DM kini berstatus DPO dan sedang dilakukan pengejaran oleh tim Satgas TPPO Polresta Cirebon.
“Tidak lama, dari Cirebon berangkat ke Cianjur, terus setelah itu, langsung ke Bandara, sekitar September 2021. Nah, pesawat tiba di Turki, dan langsung kerja di sana. Langsung kepikiran, enggak betah. Kadang kerja, kadang tidak. Dan lagi, gajinya di bawah Rp 2 juta, sakit, sampai meninggal dunia,” tambah Sarip.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.