Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Jalan Rusak, Warga Cirebon Tebar Ikan Lele, Mancing, hingga Tanam Pohon Pisang

Kompas.com, 20 Mei 2025, 17:03 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Sejumlah warga Desa Kaliwulu, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melakukan aksi tebar ikan lele di jalan rusak pada Selasa (20/5/2025) siang.

Mereka juga memancing, memasang spanduk, hingga menanam pohon pisang di titik terdalam.

Pantauan Kompas.com di lokasi, aksi tebar ikan lele ini berlangsung di Jalan Ki Natagama, Desa Kaliwulu, pada Selasa siang.

Warga membawa beberapa ekor ikan lele yang kemudian dimasukkan ke dalam genangan air secara acak.

Baca juga: Bantah Sumbang Rp 5.000 untuk Perbaikan Jalan, Camat Mekarjaya: Masa Seorang Camat Kasih Segitu...

Sebagian warga yang mayoritas terdiri dari anak-anak yang telah menunggu di lokasi langsung berebut menangkap ikan-ikan lele tersebut.

Mereka saling dorong untuk mengambil dan mengumpulkan ikan lele segar agar dapat dibawa pulang.

Tak hanya menebar ikan, mereka juga menanam beberapa batang pohon pisang di titik aspal yang terdalam.

Sejumlah mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Cirebon Indonesia (ICMI) yang ikut serta dalam aksi tersebut memasang papan informasi dan juga spanduk kritik untuk pemerintah daerah Kabupaten Cirebon.

Baca juga: Dedi Mulyadi Tepis Bapak Tiri, Sentil Bupati, Jalan Rusak Segera Diperbaiki

"Selamat datang di jalan rusak Kaliwulu, siap-siap saja yang lewat sini, sakit pinggang, encok, sakit perut, kendaraan rusak, dan lain-lain. Spanduk ini dilepas ketika jalan sudah diperbaiki!" demikian isi spanduk yang dibentangkan mahasiswa.

Dian Kusdianto, warga Desa Kaliwulu, mengaku kecewa dengan sikap pemerintah Kabupaten Cirebon, lantaran selalu mengingkari janjinya.

Pemerintah telah berjanji untuk memperbaiki jalan ini sejak tahun 2024 lalu, tetapi janji tersebut meleset.

Mereka kemudian berjanji jalan ini akan diperbaiki pada bulan April 2025, tetapi juga diingkari.

Terakhir, mereka berjanji akan memperbaiki pada bulan Juni 2025, bulan depan.

"Kami sudah geram dengan janji pemerintah yang mana, janji realisasi dari tahun kemarin 2024, ke bulan April 2025 kemarin, semuanya meleset. Katanya bulan Juni besok juga mundur lagi karena efisiensi anggaran yang dialihkan ke Cirebon Timur," kata Dian saat ditemui Kompas.com di lokasi.

Aksi tebar ikan, mancing, dan tangkap ikan ini, kata Dian, merupakan bagian dari upaya sindiran keras agar segera diperbaiki oleh pemerintah Kabupaten Cirebon.

Pasalnya, jalan rusak ini sudah memakan sejumlah korban hingga jatuh di lokasi.

Dia bersama mahasiswa juga memasang spanduk bertuliskan protes dan kritik jalan rusak yang ditujukan kepada Bupati Cirebon.

Baca juga: Jalan Rusak Gelap Gulita, Warga Lebak Banten Tandu Jenazah 2 Kilometer

Aji Sudrajat, anggota ICMI, menyampaikan bahwa mereka telah melakukan aksi sejak hari Jumat lalu.

Mereka menuntut kepada pemerintah Kabupaten Cirebon untuk benar-benar fokus memperbaiki infrastruktur karena langsung berdampak pada masyarakat.

Mereka menawarkan solusi bahwa untuk jalan yang rusak dan mendesak, pemerintah harus segera melakukan penanganan meskipun bersifat ringan dan sementara.

Ini dilakukan agar warga tidak terdampak terlalu parah.

"Kritik kepada pemerintah, apabila tidak ada anggaran banyak, pemerintah harus segera melakukan penanganan ringan, baik pemeliharaan atau lainnya, karena banyak korban dari kerusakan jalan ini," kata Aji.

Iskandar, salah satu korban, mengaku berulang kali mengalami kerusakan di bagian ban dan kaki-kaki motor.

Dia yang setiap hari pulang pergi melintasi jalan Ki Natagama, juga beberapa kali melihat warga jatuh.

Menurutnya, jalan ini harus segera diperbaiki karena merupakan jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Weru dengan Kecamatan Plered.

"Motor saya berulang kali bocor dan rusak kalau lewat sini. Dasarnya bukan aspal lagi, tapi bebatuan. Kemarin, hari Sabtu, ada bapak-bapak yang jatuh, kan kasihan," kata Iskandar.

Jalan ini juga menghubungkan dengan lokasi wisata Batik Trusmi.

Iskandar menyebut, kerusakan jalan ini sudah terjadi sejak lima tahun lalu.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau