Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilu Satpam Tewas oleh Anak Majikan, Tinggalkan 4 Anak, Keluarga Curhat ke Dedi Mulyadi

Kompas.com, 24 Januari 2025, 07:16 WIB
Riki Achmad Saepulloh,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Septian, seorang satpam asal Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, tewas di tangan anak majikannya pada Jumat (17/1/2025) di tempatnya bekerja di Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.

Septian tewas dengan cara dibunuh, dengan 22 luka yang bersarang pada tubuhnya.

Polisi juga menyebut ada dugaan pembunuhan berencana yang dilakukan tersangka untuk menghabisi nyawa Septian.

“Hasil otopsi terdapat 22 luka di tubuh korban, tetapi itu tidak menyebabkan kematian korban. Namun, ada satu luka di bagian leher, bagian pembuluh leher kiri korban," ujar Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, AKP Aji Riznaldi, pada Senin (20/1/2025).

Saat kejadian, Septian sedang tertidur dan tidak sempat melakukan perlawanan.

Baca juga: Satpam Tewas Dibunuh Anak Majikan di Bogor, Keluarga Tuntut Pelaku Diadili dan Dihukum

Ada empat orang anak yang ditinggalkan oleh Septian, dua di antaranya masih bersekolah di sekolah dasar.

Dari keterangan Dewi (47 tahun), selaku istri korban, Septian adalah satu-satunya tulang punggung keluarga kecil mereka untuk mencari nafkah.

Setelah kepergian sang suami, Dewi kebingungan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga sebab dirinya tak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga.

"Kondisi almarhum itu tulang punggung keluarga. Almarhum meninggalkan empat anak, yang masih sekolah itu ada dua, berumur delapan dan enam tahun, sementara dua lagi sudah lulus sekolah," ucap Dewi.

"Kondisi saya tidak bekerja (ibu rumah tangga), bayar ini bayar itu sama suami. Sekarang suami tidak ada, saya mau minta ke siapa buat biaya sehari-hari, untuk makan, bayar kontrakan, biaya sekolah, ya mau siapa?" ucap Dewi saat ditemui di Kampung Cibarengkok Rt 1 Rw 7, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Rabu (22/1/2025).

"Bahkan, sekarang saya menumpang di rumah adik, bingung ke depannya mau minta ke siapa," katanya.

Baca juga: 4 Anak Satpam Korban Pembunuhan Majikan di Bogor Terancam Putus Sekolah

Dewi dan keluarga Septian pada Sabtu (18/1/2025) bertemu langsung dengan Gubernur terpilih Jawa Barat, Dedi Mulyadi, di Subang.

Pada pertemuan itu, Aris G (40 tahun), selaku adik ipar korban, menceritakan dalam obrolan tersebut keluarga sempat curhat mengenai proses hukum yang bakal berjalan.

Pasalnya, desas-desus yang didengar Aris menyebutkan tersangka ini berlatar belakang keluarga advokat.

Namun, dalam pertemuan itu, lanjut Aris, Dedi Mulyadi menguatkan pihak keluarga bahwa hukum pasti akan ditegakkan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau